“Somebody” merupakan serial Korea terbaru yang sedang trending di Netflix. Disutradarai oleh Jung Ji-Woo, serial ini dirilis langsung delapan episode dan bisa langsung di-binge.
Bergenre thriller dengan tema serial killer, “Somebody” merupakan kisah fiksi tentang seorang pembunuh berantai ( Kim Young-kwang ) yang mencari mangsa melalui aplikasi dating, Somebody.
Aplikasi tersebut diciptakan oleh Kim Soem ( Kang Hye-rim ), wanita muda pengidap sindrom asperger yang berbakat dalam bidang programming. Keduanya bertemu pada suatu kesempatan, menimbulkan perasaan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
“Somebody” bisa menjadi tontonan yang cukup disturbing, karena memadukan tema pembunuhan brutal dengan kisah percintaan dengan konten dewasa selalu melahirkan sesuatu yang tidak nyaman untuk dinikmati. Mengeksplorasi makna cinta dan hubungan antar manusia yang kehilangan patokan akan nilai moral yang benar.
Kisah Cinta Problematik Pembunuh Berantai & Perempuan Asperger
“Somebody” sebetulnya memiliki ide cerita dengan dua karakter utama yang menarik untuk disimak. Kim Soem mengidap sindrom asperger, membuatnya kesulitan untuk memberikan reaksi yang benar ketika sedang berinteraksi dengan orang pada umumnya. Membuatnya sekilas terlihat sebagai karakter yang sulit untuk dicintai, orang kerap salah paham dengan sikapnya. Sementara Seong Yun-o adalah pembunuh berantai dengan penampilan kalem, bersembunyi di balik kacamatanya, seperti pria ‘baik-baik’ yang cerdas.
Pada titik tertentu, kita akan melihat bagaimana kedua karakter ini serasi satu sama lain. Kurang lebih inilah inti dari cerita “Somebody”, dua orang bermasalah dengan kepribadian kompleks yang menemukan perasaan baru yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya; cinta. Ada penggemar khusus untuk niche cerita seperti ini, mengejutkan bagaimana romantisme pada genre seperti belakangan menginfiltrasi skena hiburan mainstream.
Pembahasan seperti ini sebetulnya cukup sensitif. Terlalu buruk untuk menjadi nyata, ada skenario bagaimana dua orang dengan ‘sesuatu’ yang salah pada diri mereka, justru bisa saling memahami dan membuat satu sama lain merasa tidak sendiri. Namun pada akhirnya, dua orang yang terluka tidak akan menghasilkan hubungan yang sehat, bagaimana orang sakit mau merawat orang sakit ?
Presentasi Adegan Dragging dan Transisi Plot yang Canggung
Konten kekerasan, kegilaan tanpa motivasi jelas, dan konten seksual dalam serial ini seperti hanya dipertunjukan untuk menciptakan hype. Karena dalam skena hiburan umum, kdrama atau serial Korea belakangan terlihat berkiblat pada hiburan barat. Apalagi sekarang mereka bisa merilis project mereka yang lebih eksplisit di Netflix.
Namun adaptasi unsur konten-konten berani tersebut tidak dikemas dengan cerita yang dibangun dengan baik. Presentasi plot “Somebody” memiliki transisi dan penempatan yang canggung secara keseluruhan. Penyajian pengembangan karakter dalam serial ini sangat buruk dan berkembang pada berbagai situasi yang akan membuat penonton kesal.
Kesan pertama tetap penting meski ada misteri dan plot twist yang disimpan untuk babak utama. Kesan pertama Seong Yun-o sangat buruk dan cukup membingungkan. Kita tidak bisa melihat ia sebagai sekadar pria gila yang berburu wanita melalui aplikasi dating.
Untuk kdrama berdurasi normal per episode ( sekitar 50 menit ), “Somebody” memiliki plot yang terasa diulur-ulur. Ada banyak adegan yang terasa kosong dan terlalu lama untuk dieksekusi. Kita akan melihat pria mencari sumber suara ponsel yang bergema selama 3 menit, atau wanita yang berusaha menyelamatkan diri dalam situasi tanpa ancaman apapun ( tidak sedang dikejar ) juga dalam durasi yang sangat lama tanpa ada progres cerita yang bermakna.
Eksploitasi Tema Suram Dipadukan dengan Konten Dewasa
Hubungan Seong Yun-o dan Kim Soem sebetulnya memang menarik secara teori, namun “Somebody” tidak memberikan presentasi yang menghasilkan outcome bagus dari ide tersebut. Daripada memahami Seong Yun-o dan Kim Soem sebagai dua kepribadian tidak biasa dalam kisah ini, penulis naskah lebih fokus pada latar cerita, eksekusi adegan, dan momen-momen yang hanya memberikannt temporary excitement pada penonton.
Penulis seperti lupa bahwa ia telah memiliki dua karakter utama yang bisa dieksplorasi dalam segi character development. “Somebody” seharusnya bisa menjadi kisah yang lebih fokus pada karakter daripada event.
Ujung-ujungnya plot hanya diisi dengan adegan pembunuhan, adegan dewasa yang mengejutkan, dan dialog omong kosong antar karakter selain Seong Yun-o dan Kim Soem. Mereka bahkan hanya berinteraksi beberapa saat saja pada episode pertama, kemudian kita harus menanti beberapa episode untuk akhirnya mereka berdua berinteraksi kembali.
Pada akhirnya, “Somebody’ trending karena popularitas genre serial killer di Netflix. Secara keseluruhan, serial Korea ini memiliki presentasi yang membosankan dan disturbing. Memang ada banyak serial dan film bertema disturbing yang patut ditonton karena ada imbalan cerita yang pantas untuk disimak oleh penontonnya, namun tidak untuk “Somebody”.
Mengenal Sindrom Asperger
Sindrom Asperger adalah gangguan perkembangan sosial dan komunikasi, serta termasuk dalam gangguan spektrum autisme.
Orang dengan Sindrom Asperger memiliki gangguan berbahasa, komunikasi, pola pikir sosial, dan perilaku berulang.
Ia mungkin kesulitan merespon ketika seseorang berbicara dengannya.
Selain itu, penderita Sindrom Asperger sering canggung dalam situasi sosial dan tidak tahu harus berkata apa.
Biasanya, mereka kesulitan menangkap bahasa dari orang lain, misalnya isyarat ketika seseorang marah dengan mata melotot, ia kesulitan memahaminya, dikutip dari WebMD.
Orang dengan Sindrom Asperger mungkin hanya akan menunjukkan sedikit emosi.
Misalnya, mereka mungkin tidak tersenyum saat bahagia atau menertawakan lelucon.
Mereka biasanya juga berbicara dengan nada datar seperti robot.
Gejala Sindrom Asperger
Gejala Sindrom Asperger dapat terlihat dari perilaku dan timbal balik si penderita saat berkomunikasi.
Namun, diagnosa secara medis hanya dapat dilakukan oleh psikolog, ahli saraf, dan psikiater.
Berikut ini beberapa gejala Sindrom Asperger yang dapat diamati, dikutip dari National Institute of Neurlogical Disorders and Stroke dan Organisasi Autisme :
- Perlu lebih banyak waktu untuk memproses informasi;
- Mengulangi apa yang baru saja dikatakan orang lain;
- Berbicara panjang lebar tentang minta mereka sendiri;
- Sulit memahami ekspresi wajah, nada suara, lelucon, dan sarkasme;
- Memiliki minat yang intens dan sangat terfokus, seringkali sejak usia yang cukup muda;
- Pola bicara selalu formal dan kaku;
- Tidak mampu mengungkapkan perasaan sesuai cara sosial pada umumnya;
- Kekhasan dalam ucapan dan bahasa;
- Tidak memahami perilaku yang tidak pantas secara sosial dan emosional;
- Ketidakmampuan untuk berhasil berinteraksi dengan teman sebaya;
- Masalah dengan komunikasi non-verbal;
- Sering terlihat canggung dan tidak berani menatap mata orang lain saat berbicara;
- Gerakan motorik yang kikuk dan tidak terkoordinasi.
Perbedaan Sindrom Asperger dengan Autisme
Sindrom Asperger berbeda dengan Autisme, meski berada di spektrum autisme.
Yang membedakan keduanya adalah Sindrom Asperger memiliki gejala yang tidak terlalu parah dan tidak adanya keterlambatan bahasa.
Anak penderita autisme sering dipandang menyendiri dan tidak tertarik dengan orang lain, dikutip dari Autism Society.
Sementara Sindrom Asperger biasanya ingin menyesuaikan diri dengan orang lain, namun sering canggung dan tidak memahami aturan sosial.
Perbedaan lainnya terdapat pada minat terhadap sesuatu.
Penderita Sindrom Asperger memiliki minat yang kuat terhadap subjek tertentu secara obsesif.